Artikel

Debunking stigma negatif terhadap Feminisme

Belakangan ini banyak kita temui fenomena perempuan di zaman sekarang ini yang menyebut dirinya feminis atau setidaknya mungkin kita pernah mendengar seseorang menyebut kata Feminisme. Beberapa waktu lalu HIMAHI juga telah melakukan diskusi dalam bentuk Talkshow (bisa ditonton di channel Youtube resmi HIMAHI) yang membahas tentang Feminist Fest. Tapi apa sebenarnya Feminisme itu? Di artikel ini saya akan memaparkan lebih detail tentang Feminisme.

Ada beberapa definisi Feminisme yang dapat dijadikan bahan acuan untuk memahami arti dari Feminisme itu sendiri. Menurut Merriam Webster Dictionary, Feminisme adalah “organized activity on behalf of women’s rights and interests”  namun Estelle Freedman, seorang Sejarawan Amerika, mengatakan “Feminism is a belief that although women and men are inherently of equal worth, most societies privilege men as a group. As a result, social movements are necessary to achieve political equality between women and men, with the understanding that gender always intersects with other social hierarchies.” Jadi dapat disimpulkan bahwa Feminisme itu suatu paham yang mencita-citakan adanya kesetaraan baik itu hak maupun perilaku dari masyarakat antara laki-laki dan perempuan.

Mungkin di antara kalian ada yang bertanya-tanya “Memang kesetaraan macam apa sih yang diinginkan para Feminis? Bukannya semua sudah setara ya?”  well, not really. Masih banyak sekali ketimpangan gender yang terjadi di berbagai dimensi. Beberapa contohnya adalah saat beberapa perempuan di luar sana diberitahu bahwa mereka tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akan berakhir di dapur juga pada akhirnya. Padahal pendidikan adalah hak semua masyarakat tanpa terkecuali dan jika banyak yang berkata bahwa memasak tidak butuh pendidikan lalu untuk apa ada yang namanya sekolah Chef. Contoh lainnya adalah saat aparat melakukan penertiban pada malam hari, sering terjadi salah tangkap karena ada asumsi bahwa setiap perempuan yang keluar pada malam hari adalah perempuan nakal, sementara laki-laki yang keluyuran malam hari tak pernah dipersoalkan. Nuansa bias gender di sini terjadi selain dalam bentuk stigmatisasi, juga diskriminasi, karena jarang laki-laki sebagai konsumen, germo atau mucikari, serta pengusaha tempat prostitusi ditangkap dan diproses secara hukum.  Seperti sudah tertanam di pikiran masyarakat kebanyakan bahwa perempuan yang sering keluar malam pasti bekerja sebagai perempuan penghibur atau semacamnya. Pada kenyataannya banyak pekerjaan yang memiliki jam kerja hingga larut. Dan masih banyak anggapan-anggapan lain , biasanya datang dari masyarakat yang memiliki pemikiran konservatif, yang bias gender dan menyudutkan perempuan.

Lalu ada banyak juga stigma negatif yang menempel di masyarakat mengenai seorang feminis. Diantaranya yaitu bahwa seorang feminis berarti man hater dan anti-menikah padahal banyak feminis yang telah menikah. Selain itu ada juga yang berpikir bahwa hanya seorang perempuan yang bisa menjadi feminis, padahal laki-laki pun juga bisa menjadi feminis karena jika kita melihat kembali definisinya Feminisme adalah perjuangan untuk kesetaraan Gender, bukan superioritas atau kompetisi gender. Karena feminisme melihat perempuan sebagai kaum yang termarjinalkan dan laki-laki adalah kaum yang memiliki privilege, maka feminisme memusatkan perhatiannya kepada perempuan yang dilihat sebagai kaum yang teropresi. Teropresi oleh apa? nah, berbagai aliran feminisme memiliki pandangannya masing-masing mengenai faktor utama yang mengopresi perempuan. Menurut buku Feminist Thought karya Rosemarie Tong, terdapat 8 lebih aliran Feminisme. Namun kali ini saya hanya akan membahas secara singkat 4 aliran yang lebih mainstream.

  1. Feminisme Liberal. Gerakan yang dilatarbelakangi oleh Women Suffrage Movement pada abad ke-19 ini adalah aliran yang  melihat penderitaan perempuan berakar dari peraturan di dalam hukum yang menghalangi perempuan ke dalam kesuksesan di ruang publik. Di mana masyarakat memiliki anggapan yang salah tentang perempuan, memandang mereka tidak lebih cakap dari laki-laki secara intelektual maupun secara fisik, dan karenanya mengakibatkan diskriminasi terhadap perempuan dalam hal akademik dan di dalam forum. Liberal feminis menginginkan perempuan diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki.
  2. Feminisme Radikal. Feminisme aliran ini yang biasanya mendapat banyak kritik dari masyarakat awam dikarenakan pandangannya yang memang bisa dinilai cukup ekstrem untuk orang-orang tertentu. Mereka memiliki anggapan bahwa sistem patriarki dikarakterisasi oleh kekuatan, dominasi, hirarki dan kompetisi. Ia tidak dapat direformasi tetapi hanya dapat dicabut akar dan cabangnya. Tidak hanya struktur legal dan politik patriarki yang harus dihilangkan dalam rangka meraih kebebasan perempuan. Institusi sosial dan budaya (khususnya keluarga dan organisasi keagamaan) juga harus diubah. Jadi fokus mereka adalah menjadi gerakan revolusioner ketimbang mereformasi. Mereka juga menganggap kontrol laki-laki akan seksualitas dan reproduksi perempuan adalah opresi paling fundamental yang dihadapi seseorang.
  3. Feminisme Marxis & Sosialis menganggap adalah mungkin bagi perempuan untuk meraih kebebasan di masyarakat yang berbasis kelas, di mana kekayaan yang diproduksi oleh orang-orang yang tidak memiliki kuasa kebanyakan berakhir di tangan beberapa orang yang memiliki kekuasaan/kekayaan. Menurutnya, opresi perempuan bersumber dari adanya sistem kapitalisme. Dan jika perempuan ingin bebas maka sistem kapitalisme harus diganti dengan sistem sosialis di mana alat produksi dimiliki oleh semua orang. Jadi perempuan tidak lagi bergantung kepada laki-laki dan karenanya mereka akan sama-sama bebas.
  4. Feminisme Postmodern. Yang menjadi perhatian dari aliran feminisme postmodern adalah mereka mengkritik bahwa adanya cara berfikir laki-laki yang diproduksi melalui bahasa laki-laki.Penalaran yang mereka terapkan hanya pada investigasi bahasa. Mereka juga menolak cara berfikir feminis yang fanatik/ tradisional. Dan mereka juga menekankan intrepretasi yang plural dalam kajian perempuan.

Apakah kalian jadi tertarik untuk menjadi Feminis setelah membaca fakta-fakta tersebut?

 

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/09/07/beberapa-aliran-feminisme/

Tong, Rosemarie. 2009. “Feminist Thought”

– Artikel Be Despasya Yonada

Share